Belajar Bahasa Indonesia (Lagi)


Setiap orang udah pasti punya pelajaran favorit ketika masih sekolah. Termasuk gue. Pas SD, gue paling suka pelajaran IPA. Pas SMP, gue jadi suka pelajaran Bahasa Indonesia dan untuk IPA, mengerucut ke Biologi. Pas SMA, gue masih demen sama pelajaran Bahasa Indonesia. Makin demen malah apalagi gue anak mading.

Suka baca, nulis dan ngomik gue berasa ngepas aja kalo masuk kelas bahasa. Tapi sedari kecil gue bercita-cita pengen jadi dokter. Serius! Ini bukan cita-cita cheesy khas anak sekolah dasar. Masuk SMP lalu ke SMA, di dalem hati, gue masih berangan-angan kalo kelak bisa jadi dokter. #pret

Faktanya, di SMA nilai Bahasa Indonesia gue yahut loh. Malah nilai pengetahuan alam gue yang jeblok apalagi fisika paling parah. Ketika pembagian jurusan, guru kesiswaan gue malah jeblosin gue ke kelas bahasa. Bete banget tau nggak sih lo. Di opsi penjuruan, pilihan pertama dan kedua gue kelas IPA no matter what! Eh, malah dijeblosin ke kelas bahasa! Aduh gue ngerasa kecewa banget sampe akhirnya gue protes dong dan well masuk kelas IPA juga gue.

Belasan tahun kemudian, gue malah kerja di media. Kalau tau di masa depan bakal kerja di media kenapa nggak masuk kelas bahasa cobak? Gue masih percaya sama mimpi sih. Gue jadi inget penjelasan guru kesiswaan gue di SMA. Lupa namanya.

“Kenapa ibu jeblosin kamu, eh, masukin kamu ke kelas bahasa, karena nilai bahasa kamu bagus. Coba liat nilai Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris kamu, sun bright banget! Like a diamond in the sky!” sambil nyodorin rapor gue yang berkilau.

“Tapi buug, pilihan pertama dan kedua saya IPA. Pokoknya kelas IPA!”

“Kamu bisa berhasil loh nantinya kalo masuk kelas bahasa.”

Lama-lama guru gue udah kayak sorting hat-nya Hogwarts di cerita Harry Potter. Nyanyi-nyanyi sambil menimbang-nimbang kira-kira siswanya mau dijeblosin ke asrama yang mana.

Selama tiga tahun di SMA, gue makin cinta sama pelajaran Bahasa Indonesia. Termasuk guru-gurunya. Gue makin sering menulis, bikin komik dan bikin cerpen.

Gue akhirnya nyadar, kalo gue emang suit-nya di kelas bahasa. Gue ngebayangin kalo dulu gue ambil kelas bahasa, at least ilmunya bisa langsung gue praktekin di real life kayak sekarang tapi ya udahlah. Emang udah jalannya demikian jadi dinikmati aja.

Daaannn kemaren gue dapet undangan dari Kantor Bahasa Indonesia NTB buat belajar lagi. Seru banget! Banyak pelajaran yang gue dapetin. Mungkin lo juga udah pernah dapet tuh broadcast beberapa kata baru di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Nih gue kasih beberapa kata baru di KBBI yang gue copy paste dan ternyata masih jarang digunakan. Lucu-lucu loh kata-katanya.

Gawai

Gawai adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata Gadget. Jangan terkejut, karena gawai juga memiliki arti sebagai perkakas atau alat.

Ponsel, laptop, tab, komputer dan sebagainya secara tidak langsung juga berupa alat atau perkakas. Kata Gadget, atau sering dieja gejed, sudah terlalu terbiasa diucapkan oleh masyarakat Indonesia. Saat ini, media cetak dan daring nasional sudah mulai menggunakan kata Gawai untuk menggantikan Gadget.

Pramusiwi

Masih terbiasa menyebut kata babysitter untuk penjaga dan pengasuh bayi? Tenang. Dalam Bahasa Indonesia, babysitter berarti Pramusiwi.

Tetikus

Kata ini untuk mengganti kata mouse-nya komputer

– Warganet

Warganet muncul untuk menggantikan kata Netizen. Sebelumnya, kata Netizen juga muncul sebagai plesetan dari kata Citizen di internet. Jadi, siap-siap mendirikan RW (Rukun Warganet) di grup Facebook Anda.

– Pranala

Kata Pranala muncul untuk menggantikan kata Hyperlink atau Link, yang sudah terbiasa disebut dalam bahasa IT.

– Daring dan Luring

Daring muncul untuk menggantikan online. Daring juga akronim dari dalam jaringan. Sedangkan Luring adalah akronim dari luar jaringan muncul untuk menggantikan kata offline.

– Swafoto

Swafoto berarti foto sendiri, atau mengambil foto dengan usaha sendiri. Kata ini muncul untuk menggantikan kata selfie.

– Peladen

Mirip profesi seseorang yang bertugas untuk meladeni. Tapi, faktanya kata peladen muncul untuk menggantikan kata server.

– Komedi Tunggal

Frase ini muncul untuk menggantikan frase stand up comedy yang sebenarnya kalau dialihbahasakan menjadi komedi berdiri.

– Saltik

Saltik itu Salah Ketik buat gantiin kata Typo.

– Derau

Noise yang sebenarnya berarti ribut, sering pula digunakan untuk suara yang tidak diperlukan dalam satu rekaman suara atau video. Kata noise itu digantikan oleh kata Derau.

– Pratayang

Anda masih sering menggunakan kata Preview? Silakan gantikan dengan kata Pratayang.

– Hektare

Ini sebenarnya kata lama, hektar, tapi perbedaannya adalah huruf ‘e’, untuk kata ini tetap ditulis dan tetap dibaca.

– Portofon

Kata ini muncul untuk menyebut Handy Talkie (atau HT) dalam bahasa Indonesia.

– Mangkus dan Sangkil

Kalian tahu, mangkus berarti efektif, sangkil berarti efisien. Begitu saja singkatnya.

– Narahubung

Kata ini digunakan untuk menggantikan frasa contact person.

– Pelantang

Kata ini digunakan untuk menggantikan kata Microphone.

Nah, itu dia beberapa kata baru di KBBI. Masih belum familiar yah. Makanya biar familiar, lo pake dong di daily life lo. Awalnya pasti berasa aneh bin canggung atau malah diketawain tapi no problemo, nanti juga lama-lama terbiasa.

Salah satu cara melestarikan bahasa adalah dengan cara mempergunakan bahasa tersebut. Siapa lagi coba yang bakal pake Bahasa Indonesia kalo bukan orang Indonesia itu sendiri? Ya Nggak sih? Cukstaw ya, ada lebih kurang 56 negara di dunia udah mempelajari Bahasa Indonesia loh dan denger-denger Bahasa Indonesia bakal jadi bahasa internasional ke delapan! Proud banget dong! Katanya sih. Udah deh mending diaminin aja.

Aamiin.

The last, yang mau gue bilang ko lo, cepet-cepet deh nyadar sama passion lo. Hobi, kesukaan, kegemaran lo mulai sekarang lo fokusin. Zaman udah maju. Udah nggak musim lagi lo dikotak-kotakin sama kemauan orang tua lo. Dengerin kata hati lo, lo mau jadi apa kelak. Karena yang bakal menjalani kehidupan kan lo sendiri bukan orang tua lo.

Dan inget, bekerja sesuai passion itu sangat menyenangkan loh. Kerja rasa main! Udah gitu dibayar pula!